Fear Of Missing Out (FOMO ) : Generasi Z dan Jeratan FOMO , Antara Eksis dan Cemas
Jakarta ( Humas MAN 13 Jakarta )– Suasana pagi di Masjid Bahrul Ulum , Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta terasa berbeda dan penuh ilmu pada hari ini. Dalam kegiatan pembiasaan pagi yang rutin dilaksanakan, para siswa kelas X dan XI mendapatkan kesempatan emas , untuk mendengarkan penjelasan mendalam mengenai fenomena psikologis yang semakin relevan di era digital ini, yaitu Fear of Missing Out atau yang lebih dikenal dengan FOMO. Materi penting ini disampaikan langsung oleh salah satu guru inspiratif madrasah , Mega Sukma Dewi dan sekaligus sebagai walikelas XI.2
Dengan gaya penyampaian yang menarik dan mudah dipahami, Mega membuka sesi dengan memberikan definisi sederhana namun komprehensif mengenai FOMO. Beliau menjelaskan bahwa FOMO adalah perasaan cemas atau takut ketinggalan informasi, pengalaman, atau tren terbaru yang sedang ramai dibicarakan atau dialami oleh orang lain, terutama yang seringkali dilihat melalui media sosial. Penjelasan ini sontak membuat para siswa memberikan perhatian penuh, menyadari betapa dekatnya fenomena ini dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Lebih lanjut, Mega mengupas tuntas berbagai aspek yang melatarbelakangi munculnya FOMO di kalangan remaja. Beliau menyoroti bagaimana perkembangan teknologi dan media sosial, meskipun membawa banyak manfaat, juga dapat memicu perasaan untuk selalu terhubung dan mengikuti segala hal yang terjadi. Tekanan sosial untuk selalu terlihat aktif dan mengikuti tren, menurut beliau, menjadi salah satu pendorong utama munculnya kecemasan akibat FOMO.
Dalam penjelasannya, Mega juga tidak hanya berhenti pada identifikasi masalah. Beliau memberikan berbagai contoh konkret bagaimana FOMO dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari siswa. Mulai dari perasaan tertekan untuk selalu mengecek smartphone, sulit fokus pada kegiatan belajar karena takut ada informasi penting yang terlewat, hingga dorongan untuk melakukan pembelian impulsif hanya karena melihat teman-teman melakukannya. Contoh-contoh ini berhasil memberikan gambaran yang jelas dan relevan bagi para siswa.
Sesi penjelasan kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai dampak negatif yang mungkin timbul akibat FOMO jika tidak dikelola dengan baik. Mega menekankan bahwa perasaan cemas dan tidak pernah merasa cukup dapat mengganggu kesehatan mental, menurunkan rasa percaya diri, bahkan memengaruhi kualitas tidur dan konsentrasi belajar. Beliau mengajak para siswa untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan tidak mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di dunia maya. ” _kalian harus pintar pintar dalam menggunakan handphone ditangan, bijak dan disiplin agar kalian tidak terbawa arus yang nantinya akan merugikan diri sendiri,_ ujarnya.
Sebagai penutup yang memberikan pencerahan, Mega Sukma Dewi memberikan beberapa tips dan strategi untuk mengatasi dan mengelola FOMO. Beliau mendorong para siswa untuk lebih fokus pada diri sendiri dan tujuan pribadi, memprioritaskan pengalaman nyata di dunia sekitar, serta membatasi waktu penggunaan media sosial. Beliau juga menekankan pentingnya membangun rasa syukur atas apa yang dimiliki dan tidak terpaku pada apa yang mungkin terlewatkan.
Kegiatan pembiasaan pagi ini memberikan wawasan yang sangat berharga bagi para siswa kelas X dan XI. Penjelasan yang jelas dan aplikatif ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mereka mengenai FOMO dan memberikan bekal untuk menghadapinya secara lebih sehat dan bijaksana. Semoga materi ini dapat menjadi pengingat bagi seluruh warga sekolah untuk selalu mengedepankan keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata. (ss)